Bhabinkamtibmas Ajak Petani Lepas dari Jeratan Tengkulak demi Ketahanan Pangan

Polres Pasangkayu — Mentari pagi baru saja menyapa hamparan kebun jagung milik Sdr. Yusuf di Lingkungan Panta Batu, Kelurahan Baras, ketika langkah tegap AIPDA Muhammad Indra menapaki tanah yang mulai merekah dengan harapan. Di balik dedaunan hijau jagung yang tumbuh subur, tersimpan dilema panjang seorang petani kecil yang terjebak dalam jeratan klasik tengkulak, Selasa (29/7/)pagi

Dalam rangka mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional, Bhabinkamtibmas Polsek Baras itu melaksanakan kegiatan kontrol dan pengecekan langsung ke ladang jagung milik warga binaannya. Namun, lebih dari sekadar pemeriksaan tanaman, kunjungan ini menjadi panggung dari sebuah drama nyata yang dialami banyak petani di negeri ini.

Dengan suara tegas namun penuh empati, AIPDA Indra menyampaikan imbauan penting kepada Pak Yusuf. Ia mengajak agar hasil panen jagung nantinya tidak dijual ke tengkulak atau pengepul yang selama ini membeli dengan harga rendah. Sebaliknya, ia mengarahkan agar jagung kering dengan kadar air maksimal 14% dijual langsung ke Bulog, yang menawarkan harga jauh lebih menguntungkan, yakni Rp 6.400,- per kilogram.

Namun, kenyataan tak semudah harapan. Pak Yusuf menunduk, matanya menerawang. Ia — seperti banyak petani lainnya — sudah lebih dulu terikat janji tak tertulis: pengambilan pupuk dan bibit dari tengkulak membuatnya tak bisa melangkah bebas. Pilihan itu muncul bukan karena keserakahan, tapi karena keterpaksaan.

“Bukan kami tidak mau, Pak. Tapi kami sudah berutang bibit dan pupuk. Kami sudah digenggam dari awal,” ujar Pak Yusuf lirih, menandai betapa peliknya kenyataan di akar rumput pertanian kita.

Kapolres Pasangkayu AKBP Joko Kusumadinata, melalui Kapolsek Baras IPTU Asep Saifurrohman, menegaskan komitmennya dalam mendampingi para petani agar bisa mandiri dan keluar dari jerat ketergantungan. “Kami tak hanya menjaga keamanan, tapi juga ingin menjadi bagian dari perjuangan rakyat kecil agar mereka dapat hidup lebih sejahtera. Kami akan carikan solusi,” ujarnya.

Di balik rimbunnya daun jagung, kisah ini mengajarkan kita bahwa ketahanan pangan bukan hanya soal bibit dan panen, tapi juga keberanian untuk mengubah sistem yang telah lama membelenggu petani. Hari ini, langkah kecil telah dimulai di kebun Pak Yusuf. Dan semoga, dari sana akan tumbuh bukan hanya jagung, tapi juga harapan baru bagi seluruh petani Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *